Kamis, 20 September 2012

GAYA BAHASA


GAYA BAHASA
Dalam pemakaian bahasa kita jumpai cara-cara tertentu yang dipakai oleh pembicara untuk melahirkan buah pikirannya. Cara-cara tertentu itu jika telah umum, lalu menjadi kebiasaan. Cara-cara tertentu yang etlah menjadi kebiasaan itulah yang dinamakan gaya bahasa. 
Ada 2 macam gaya bahasa yaitu:
a.    Yang bersifat perorangan. Gaya bahasa ini sering disebut styl atau cengkok.
b.    Yang bersifat umum. Gaya bahasa ini biasa disebut juga pigura bahasa.
Pada bagian ini akan kita bicarakan gaya bahasa yang kedua yaitu pigura bahasa. Dan gaya bahasa ini banyak sekali macam-macamnya natara lain:
1.   Personifikasi
Ialah memperlakukan benda mati seperti manusia.
Contoh:
a.     Awan berarak berkejar-kejaran.
b.    Petir menghardik membelah bumi.

2.   Matafora
Ialah pemindahan sifat sesuatu benda langsung kepada benda lain. Oleh karena itu juga disebut perbandingan langsung.
Contoh:
a.    Matanya seperti bintang timur.
b.    Menlu Adam Malik kemarin terbang ke New York.
3.   Sinekdoke
Gaya bahasa ini ada 2 macam:
A.  Pars  pro toto : penyebutan bagian tetapi yang dimaksud keseluruhannya.
Contoh:
a.    Dia tidak berani lagi menampakkan mukanya.
b.    Tarif cukur iti sekarang Rp 5000,- tiap kepala.
B.   Totem pro parte : penyebutan seluruhnya tetapi yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh:
a.    Sudah beberapa kali berturut-turut Indonesia berhasil merebut Thomas Cup.
b.    Indonesia keluar sebagai juara pertama dalam pertandingan itu.
4.   Epemisme
Gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan kesopanan.
Contoh :
a.    Bolehkah Pak, saya kebelakang sebentar.
b.    Sudah lama ayahnya pulang ke rahmatullah.
5.   Litotes
Gaya bahasa ini dipakai untuk merendahkan diri.
Contoh:
a.    Silahkan singgah si gubuk kami, saudara!
b.    Terimalah tanda mata yang tiada berharga ini.
6.   Paradoks
Ialah menyatakan sesuatu yang berlawanan dengan keadaan yang sebenarnya. Gunanya untuk tidak menanyakiti hati.
Contoh:
a.    Tentu saja tidak selesai pekerjaan ini, sebab pelaksananya rajin-rajin. (malas)
b.    Terpaksa tidak saya makan sayur itu, karena bukan main sedapnya. (hambar, tidak enak)
7.   Pleonasme
Gaya bahasa pleonasme dipakai untuk menyangatkan maksud.
Contoh:
a.    Saya melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa itu.
b.    Ah, bintang si Haryono memang sedang membumbung ke atas.
8.   Hiperbola
Ialah memberikan keterangan yang berlebih-lebihan.
Contoh:
a.   Badannya kurus kering, tinggal kulit pembalut tulang.
b.  Air matanya mengalir  membanjiri kedua belah pipinya.
9.   Ironi
Gay a bahasa ini diucapkan untuk menyindir lawan bicara yang sifatnya mengejek , maka sifatnya sinis.
Contoh :
a.    Jadi tidak ada orang lain yang sanggup melaksanakan tugas itu kecuali Saudara?
b.    Ah, lekas benar engkau datang kemari ! sampai pusing kepalaku menantimu disini.
10.Sarkasme
Gaya bahasa ini juga mengejek seperti ironi,, tetapi lebih kasar.
Contoh:
a.    Mual perutku mendengar kata-katamu itu.
b.    Binatang kau ini, masa tidak mengerti membalas budi.
11. Tautologi
Gaya bahasa yang dimaksudkan untuk menyatakan sangat dengan mengulang kata yang searti.
Contoh:
a.    Cintanya pada gadis itu sudah berurat berakar.
b.    Adik-adik girang gembira melihat ibu datang.
12. Antitese
Dipakai untuk menyebutkan kata-kata yang berlawanan.
Contoh:
a.    Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan datang membanjiri pasar malam.
b.    Tebal tipis, panjang pendek, dapat diterima semuanya.
13. Klimaks
Gaya bahasa ini ada 2 macam:
-          Klimaks naik, jika penyebutan bertingkat-tingkat dari yang rendah kepada yang tinggi.
Contoh:  Rakyat berkata, berseru, berteriak agar dibebaskan dari kemiskinan.
-          Klimaks turun atau anti klimaks, jika penyebutan bertingkat-tingkat dari yang tinggi kepada yang rendah.
Contoh:  Korban kecelakaan itu mengaduh, mengeluh, merintih kesakitan.
14. Repetisi.
Gaya bahasa ini dimaksudkan untuk menandakan maksud dengan cara mengulang-ulang kata.
Contoh:
a.    Saudara-saudara, kebebasan, kebebasan, sekali lagi kebebasan yang  kita tuntut,
b.    Tolong, tolong, tolonglah saya ini.
15. Koreksio
Dipakai untuk mebetulkan kesalahan yang disebutkan sebelumnya. Adapun gunanya untuk menarik perhatian.
Contoh:
a.    Saudara-saudara, sudah dua kali, ah tiga kali hal itu saya umumkan.
b.    Melihat saya datang, ia turun, ah tidak, ia melompat dari tempat pembaringannya mendapatkan saya.
16. Priterito
Gaya bahasa ini dipakai untuk menyembunyikan sesuatu yang seakan-akan dirahasiakan. Gunanya untuk menarik perhatian.
Contoh:
a.    Saya tidak akan mebuka rahasianya, bahwa sampai sekarang ia menjadi buronan polisi.
b.    Tak usah saya panjang lebarkan keterangan saya ini. Cukup sekian saja.
17. Asindeton
Dengan gaya bahasa asindeton orang menyebutkan beberapa hal berturut-turut dengan tidak memakai kata sambung. Gunanya untuk menyatakan bahwa keseluruhannya penting.
Contoh:
a.    Raja berjalan diiringi oleh hulubalang, menteri, alim ulama, lasykar.
b.    Sakit, sedih, menderita, memang sudah menjadi tanggungan tiap-tiap orang.  
18. Polisindeton
Kebalikan dari gaya bahasa asindeton, gaya bahasa ini menyebutkan beberapa hal berturut-turut dengan dipisahkan oleh kata sambung. Maksudnya ialah, bahwa bagian-bagian itu dipentingkan.
Contoh:  Ia sudah lupa sama sekali kepada rumah dan pekarangannya, isteri dan anaknya, tugas  dan kewajibannya.
19. Inversi
Gaya bahasa inversi ialah membalikkan susunan kalimat, maksudnya untuk menonjolkan sebutannya.
Contoh:
a.    Segan aku kepadanya.
b.    Rela saya berkurban untuk nusa bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar