GAYA
BAHASA
Dalam pemakaian bahasa kita jumpai cara-cara
tertentu yang dipakai oleh pembicara untuk melahirkan buah pikirannya.
Cara-cara tertentu itu jika telah umum, lalu menjadi kebiasaan. Cara-cara
tertentu yang etlah menjadi kebiasaan itulah yang dinamakan gaya bahasa.
Ada
2 macam gaya bahasa yaitu:
a.
Yang
bersifat perorangan. Gaya bahasa ini sering disebut styl atau cengkok.
b.
Yang
bersifat umum. Gaya bahasa ini biasa disebut juga pigura bahasa.
Pada bagian ini akan kita bicarakan gaya
bahasa yang kedua yaitu pigura bahasa. Dan gaya bahasa ini banyak sekali
macam-macamnya natara lain:
1. Personifikasi
Ialah memperlakukan benda mati seperti
manusia.
Contoh:
a. Awan berarak berkejar-kejaran.
b. Petir menghardik
membelah bumi.
2. Matafora
Ialah pemindahan sifat sesuatu benda langsung
kepada benda lain. Oleh karena itu juga disebut perbandingan langsung.
Contoh:
a. Matanya seperti
bintang timur.
b. Menlu Adam Malik kemarin terbang ke New York.
3. Sinekdoke
Gaya bahasa ini ada 2 macam:
A. Pars pro toto : penyebutan bagian tetapi yang dimaksud keseluruhannya.
Contoh:
a. Dia tidak berani lagi menampakkan mukanya.
b. Tarif cukur iti sekarang Rp 5000,- tiap kepala.
B. Totem
pro parte : penyebutan
seluruhnya tetapi yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh:
a. Sudah beberapa kali berturut-turut Indonesia berhasil merebut Thomas Cup.
b. Indonesia keluar sebagai juara pertama dalam
pertandingan itu.
4. Epemisme
Gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan
kesopanan.
Contoh :
a. Bolehkah Pak, saya kebelakang sebentar.
b. Sudah lama ayahnya pulang ke rahmatullah.
5. Litotes
Gaya bahasa ini dipakai untuk merendahkan
diri.
Contoh:
a. Silahkan singgah si gubuk kami, saudara!
b. Terimalah tanda mata yang tiada berharga ini.
6. Paradoks
Ialah menyatakan sesuatu yang berlawanan
dengan keadaan yang sebenarnya. Gunanya untuk tidak menanyakiti hati.
Contoh:
a. Tentu saja tidak selesai pekerjaan ini, sebab
pelaksananya rajin-rajin. (malas)
b. Terpaksa tidak saya makan sayur itu, karena
bukan main sedapnya. (hambar, tidak
enak)
7. Pleonasme
Gaya bahasa pleonasme dipakai untuk
menyangatkan maksud.
Contoh:
a. Saya melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa itu.
b. Ah, bintang si Haryono memang sedang membumbung ke atas.
8. Hiperbola
Ialah memberikan keterangan yang
berlebih-lebihan.
Contoh:
a.
Badannya
kurus kering, tinggal kulit pembalut
tulang.
b. Air matanya mengalir membanjiri kedua belah
pipinya.
9. Ironi
Gay a bahasa ini diucapkan untuk menyindir
lawan bicara yang sifatnya mengejek , maka sifatnya sinis.
Contoh :
a. Jadi tidak
ada orang lain yang sanggup melaksanakan tugas itu kecuali Saudara?
b. Ah, lekas
benar engkau datang kemari ! sampai pusing kepalaku menantimu disini.
10.Sarkasme
Gaya bahasa ini juga mengejek seperti ironi,,
tetapi lebih kasar.
Contoh:
a. Mual
perutku mendengar
kata-katamu itu.
b. Binatang
kau ini, masa tidak mengerti
membalas budi.
11. Tautologi
Gaya bahasa yang dimaksudkan untuk menyatakan
sangat dengan mengulang kata yang searti.
Contoh:
a. Cintanya pada gadis itu sudah berurat berakar.
b. Adik-adik girang gembira melihat ibu datang.
12. Antitese
Dipakai untuk menyebutkan kata-kata yang
berlawanan.
Contoh:
a. Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan
datang membanjiri pasar malam.
b. Tebal tipis, panjang pendek, dapat diterima
semuanya.
13. Klimaks
Gaya bahasa ini ada 2 macam:
-
Klimaks naik, jika penyebutan
bertingkat-tingkat dari yang rendah kepada yang tinggi.
Contoh: Rakyat berkata, berseru, berteriak agar
dibebaskan dari kemiskinan.
-
Klimaks turun atau anti klimaks, jika penyebutan bertingkat-tingkat dari yang tinggi
kepada yang rendah.
Contoh: Korban kecelakaan itu mengaduh, mengeluh,
merintih kesakitan.
14. Repetisi.
Gaya bahasa ini dimaksudkan untuk menandakan
maksud dengan cara mengulang-ulang kata.
Contoh:
a. Saudara-saudara, kebebasan, kebebasan, sekali
lagi kebebasan yang kita tuntut,
b. Tolong, tolong, tolonglah saya ini.
15. Koreksio
Dipakai untuk mebetulkan kesalahan yang
disebutkan sebelumnya. Adapun gunanya untuk menarik perhatian.
Contoh:
a. Saudara-saudara, sudah dua kali, ah tiga kali
hal itu saya umumkan.
b. Melihat saya datang, ia turun, ah tidak, ia
melompat dari tempat pembaringannya mendapatkan saya.
16. Priterito
Gaya bahasa ini dipakai untuk menyembunyikan
sesuatu yang seakan-akan dirahasiakan. Gunanya untuk menarik perhatian.
Contoh:
a. Saya tidak akan mebuka rahasianya, bahwa
sampai sekarang ia menjadi buronan polisi.
b. Tak usah saya panjang lebarkan keterangan
saya ini. Cukup sekian saja.
17. Asindeton
Dengan gaya bahasa asindeton orang menyebutkan
beberapa hal berturut-turut dengan tidak memakai kata sambung. Gunanya untuk
menyatakan bahwa keseluruhannya penting.
Contoh:
a. Raja berjalan diiringi oleh hulubalang,
menteri, alim ulama, lasykar.
b. Sakit, sedih, menderita, memang sudah menjadi
tanggungan tiap-tiap orang.
18. Polisindeton
Kebalikan dari gaya bahasa asindeton, gaya
bahasa ini menyebutkan beberapa hal berturut-turut dengan dipisahkan oleh kata
sambung. Maksudnya ialah, bahwa bagian-bagian itu dipentingkan.
Contoh:
Ia sudah lupa sama sekali kepada rumah dan pekarangannya, isteri dan
anaknya, tugas dan kewajibannya.
19. Inversi
Gaya bahasa inversi ialah membalikkan susunan
kalimat, maksudnya untuk menonjolkan sebutannya.
Contoh:
a. Segan aku kepadanya.
b. Rela saya berkurban untuk nusa bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar