KITA
BERJUANG
Terbangun
aku, terloncat duduk.
Kulayangkan
pandang jauh keliling,
Kulihat
hari ‘lah terang, jernihlah falak
Telah
lamalah kiranya fajar menyingsing
Kuisap
udara
Legalah
dada,
Kupijak
tanah
Tiada
guyah.
Kudengar
bisikan
Hatiku
rawan:
“Kita
berperang ,
Kita
berjuang!”
Sebagai
dendang menyayu kalbu
Bangkitlah
hasrat damba nan larang
Ingin ke
medan ridlah menyerbu:
“Beserta
saudara turut berjuang!”
(oleh:
Usmar Ismail )
MELAUT
BENCIKU
Melaut
benciku terhadap manusia
Melaut
pula benciku terhadapku sendiri
Karena
dalam kelakuan mereka
Terlihat
olehku perangaiku asli
Menjilat
Menipu
Membohong
Memeras!
Kelakuan
dibuat-buat
supaya
perut
kosong
gendut
seperti tong!
Mulut
katawa
tampak
gigi
kuning
tak pernah
digosok!
bau mulut busuk bagai bangkai!
bau mulut busuk bagai bangkai!
Bah!
Inikah
yang dinamakan dunia
Dunia yang
penuh tipu cedera?
Kalau
boleh kupinta dulu
Aku tak
usah lahir ke dunia tipu
Tapi
malang!
Aku lahir
bukan karena kehendakku!
Dalam
pelukan cinta birahi
Tumbuh
benih membusuk diri
Tercampak
ke dunia
Sebagai
hasil nafsu kedua!
Bah!
Kalau boleh kupinta dulu
Bah!
Kalau boleh kupinta dulu
Jangan
badan datang kemari!
(oleh:
Amal Hamzah)
DISERANG
RASA
Apa hendak
dikata
Jika rasa
bersimarajalela
Di dalam
batin gelisah saja
Seperti
menanti suatu yang tak hendak tiba
Pelita harapan
berkelip-kelip
Tak hendak
padam, hanyalah lemah segala sendi
Bertambah
kelesah hati yang gundah
Sangsi,
kecewa, meradang resah
benci,
dendam...........rindu, cinta.........
Ah hujan
rinai di waktu angin
bertiup
kencang memercik muka
kemudian
reda............ tenang.......
Didalam
mata air bergenang
Kembali
harapan, kekuatan semakin nyata
Dari yang
sudah-sudah, sebelum jiwa
Diserang
rasa........................
(oleh:
Usmar Ismail )
CAYA
MERDEKA
Kepada Tanah Airku
Sekali aku
terbangun dalam cerkammu,
Dari dalam
jurang yang gelap-hitam
Kau
renggut aku hingga akar-jiwaku
Kau angkat
aku membubung
Menatap
wajah Suria Merdeka..............
Buta aku
disorot nikmat sinar gemilang,
diseret
hanyut gelora asmaramu,
kemudian
kau lemparkan daku
ke pantai
tiada nyata!
Telah kau
remuk aku
Bersatu
padu dengan sinarmu
Tak
mungkin aku ‘kan surut lagi
Sampai
airmu lipur cayamu dalam matiku...........
Akan
mengembus angin
Dari tepi
kuburku ke tiap penjuru,
Membawa
nikmat Caya Merdeka ................
Dan Sujudlah
aku
Di hadirat
Tuhanku menunggu
Putusan
akhirku di dunia baka!
(oleh: Usmar Ismail )
MANUSIA
BARU
Hatiku
gembira tiada terkata
Kuhisap
udara alangkah nikmat
Kulayangkan
pandang sekitar rata
Nampaklah
perubahan pada masyarakat :
Di dalam
orang bertaiso giat
Berolah
raga memeras keringat
Berempakan
baris di jalan raya
gemuruh nyanyi kuat gembira
gemuruh nyanyi kuat gembira
Berduyun
pemuda jadi prajurit
Berdengung
semboyan Ayo ke laut !
Semakin
dalam dibenamkan pacul
Semakin
sungguh diayunkan tukul
Di kamar
sunyi duduk bertekun
Mengumpul
‘ilmu lebih sempurna ,....................
Semua
bekerja
Semua berusaha
Semua gembira !
Di dalam
segala kulihat tanda
Ya.................Manusia
Baru pasti menjelma
Bangsa
Baru tengah ditempa !
Mari
saudara senusa sebangsa
Kita berjalan di jalan Tuhan
Mari berjuang runtuhkan
lawan
Terus ke
arah kemenangan kita !
(oleh:
Rosihan Anwar)
KAPAL
UDARA
Gegar
gentar suara mesin
Raja udara
menguasai angkasa
Menderu
gemuruh berpusing miring
Bagai burung
mengintai mangsa
Raksasa
udara melaju jauh
Berbalik
pula puluh menyerbu
Terdahulu
satu,
Puluhan
menderu.
Mata
bersinar
Semangat
berkobar
Kapan
zamanku menghadapi pula
Raksasa
dunia kepunyaan kita?
(oleh:
Maria Amin)
AKU
Kalau
sampai waktuku
Ku mau tak
seorang ‘kan merayu
Tak juga
kau
Tak perlu
sedu sedan itu
Aku ini
binatang jalang
Dari
kumpulannya terbuang
Biar
peluru menembus kulitku
Aku tetap
meradang menerjang
Luka dan
bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga
hilang pedih peri
Dan aku
akan lebih tidak perduli
Aku mau
hidup seribu tahun lagi.
(oleh : Khairil Anwar)
DIPONEGORO
Di masa
pembangunan ini
Tuan hidup
kembali
Dan bara
kagum menjadi api
Di depan
sekali tuan menanti
Tak
gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di
kanan, keris di kiri
Berselubung
semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini
barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan
tanda menyerbu
Sekali
berarti
Sudah itu
mati
Maju
Bagimu
negeri
Menyediakan
api
Punah di
atas menghamba
Binasa di
atas ditinda
Sungguhpun
dalam ajal baru tercapai
Jika hidup
harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(oleh : Khairil Anwar)
DOA
Kepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam
termangu
Aku masih
menyebut namamu
Biar susah
sungguh
Mengingat
Kau penuh seluruh
Cayamu
panas suci
Tinggal
kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang
bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku
mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintumu
aku mengetuk
Aku tidak
bisa berpaling
(oleh : Khairil Anwar)
DO’A DI
MEDAN LAGA
Berilah
kekuatan sekeras baja
Untuk
menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini
Berilah
kesadaran seluas angkasa
Untuk
mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini
Berilah
kemauan sekuat garuda
Untuk
melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini
Berilah
perasaan selembut sutera
Untuk
menjaga peradaban ini, untuk mempertahankan kemanusiaan ini.
(oleh:
Subagyo Sastrowardoyo)
PAHLAWAN
TAK DIKENAL
Sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi
bukan tidur sayang,
Sebuah
lubang peluru bundar di dadanya
Senyum
bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak
ingat bilamana dia datang
Kedua
lengannya memeluk senapan
Dia tidak
tahu untuk siapa dia datang
kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang,
kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang,
Wajah
sunyi setengah tengadah
Menangkap
sepi padang senja
Dunia
tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih
sangat muda
Hari itu
1o Nopember, hujanpun mulai turun
Orang-orang
ingin kembali memandangnya
Sambil
merangkai karangan bunga
Tapi yang
nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan
tidur, sayang
Sebuah
lubang peluru bundar di dadanya
Senyum
bekunya mau berkata: aku sangat muda
(oleh: Toto Sudarto
Bakhtiar)
DENGAN
KASIH SAYANG
Dengan
kasih sayang
Kita
simpan bedil dan kelewang
Punahlah
gairah pada darah
Jangan!
Jangan
dibunuh para lintah darat
Ciumlah
mesra anak jadah tak berayah
Dan
sumbatlah jarimu pada mulut peletupan
Karna
darah para bajak dan perompak
Akan mudah
mendidih oleh pelor.
Mereka
bukan tapir atau badak
Hatinyapun
berurusan cinta kasih
Seperti
jendela terbuka bagi angin sejuk!
Kita yang
sering kehabisan cinta untuk mereka
Cuma
membenci yang nampak rompak
Hati tak
bisa berpelukan dengan hati mereka
Terlampau
terbatas pada lahiriah masing pihak
Lahiriah
yang terlalu banyak meminta !
Terhadap
sajak yang paling utopis
Bacalah
dengan senyuman yang sabar
Jangan
dibenci para pembunuh
Jangan
dibiarkan anak bayi mati sendiri
Kere-kere
jangan mengemis lagi
Dan
terhadap penjahat yang paling laknat
Pandanglah
dari jendela hati yang bersih
(oleh: W.S Rendra)
DENDANG SAYANG
Di
Cikajang ada gunung
Lembah
lengang nyobek hati
Bintang
pahlawan di dada
Sepi di
atas belati
Kembang
rampe di kuburan
Selalu
jauh kekasih
Di
Cikajang hanya burung
Menahan
selangkah kaki
Bebas
unggas di udara
Pelita di
kampung mati
Fajar
pijar bulan perak
Takut
mengungkung di hati
Di
Cikajang hanya burung
Bebas
lepas terbang lari
Di bumi
bayi turunnya
Besar
dibawa mengungsi
Sepi di
bumi priangan
Sepi
menghadapi mati
(oleh: Ramadhan K.H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar