Rabu, 26 September 2012

KUMPULAN PUISI



KITA BERJUANG

Terbangun aku, terloncat duduk.
Kulayangkan pandang jauh keliling,
Kulihat hari ‘lah terang, jernihlah falak
Telah lamalah kiranya fajar menyingsing
Kuisap udara
Legalah dada,
Kupijak tanah
Tiada guyah.
Kudengar bisikan
Hatiku rawan:
“Kita berperang ,
Kita berjuang!”
Sebagai dendang menyayu kalbu
Bangkitlah hasrat damba nan larang
Ingin ke medan ridlah menyerbu:
“Beserta saudara turut berjuang!”
                                                                                    (oleh: Usmar Ismail )


MELAUT BENCIKU

Melaut benciku terhadap manusia
Melaut pula benciku terhadapku sendiri
Karena dalam kelakuan mereka
Terlihat olehku perangaiku asli
Menjilat
Menipu
Membohong
Memeras!
Kelakuan dibuat-buat
supaya
perut kosong
gendut seperti tong!
Mulut katawa
tampak gigi
kuning
tak pernah digosok!
bau mulut busuk bagai bangkai!
Bah!
Inikah yang dinamakan dunia
Dunia yang penuh tipu cedera?
Kalau boleh kupinta dulu
Aku tak usah lahir ke dunia tipu
Tapi malang!
Aku lahir bukan karena kehendakku!
Dalam pelukan cinta birahi
Tumbuh benih membusuk diri
Tercampak ke dunia
Sebagai hasil nafsu kedua!
Bah!
Kalau boleh kupinta dulu
Jangan badan datang kemari!
                                                                        (oleh: Amal Hamzah)


DISERANG RASA

Apa hendak dikata
Jika rasa bersimarajalela
Di dalam batin gelisah saja
Seperti menanti suatu yang tak hendak tiba
Pelita harapan berkelip-kelip
Tak hendak padam, hanyalah lemah segala sendi
Bertambah kelesah hati yang gundah
Sangsi, kecewa, meradang resah
benci, dendam...........rindu, cinta.........
Ah hujan rinai di waktu angin
bertiup kencang memercik muka
kemudian reda............ tenang.......
Didalam mata air bergenang
Kembali harapan, kekuatan semakin nyata
Dari yang sudah-sudah, sebelum jiwa
Diserang rasa........................

                                                                                                (oleh: Usmar Ismail )


CAYA MERDEKA
            Kepada Tanah Airku

Sekali aku terbangun dalam cerkammu,
Dari dalam jurang yang gelap-hitam
Kau renggut aku hingga akar-jiwaku
Kau angkat aku membubung
Menatap wajah Suria Merdeka..............
Buta aku disorot nikmat sinar gemilang,
diseret hanyut gelora asmaramu,
kemudian kau lemparkan daku
ke pantai tiada nyata!
Telah kau remuk aku
Bersatu padu dengan sinarmu
Tak mungkin aku ‘kan surut lagi
Sampai airmu lipur cayamu dalam matiku...........
Akan mengembus angin
Dari tepi kuburku ke tiap penjuru,
Membawa nikmat Caya Merdeka ................
Dan Sujudlah aku
Di hadirat Tuhanku menunggu
Putusan akhirku di dunia baka!
(oleh: Usmar Ismail )
MANUSIA BARU
Hatiku gembira tiada terkata
Kuhisap udara alangkah nikmat
Kulayangkan pandang sekitar rata
Nampaklah perubahan pada masyarakat :
Di dalam orang bertaiso giat
Berolah raga memeras keringat
Berempakan baris di jalan raya
gemuruh nyanyi kuat gembira
Berduyun pemuda jadi prajurit
Berdengung semboyan Ayo ke laut !
Semakin dalam dibenamkan pacul
Semakin sungguh diayunkan tukul
Di kamar sunyi duduk bertekun
Mengumpul ‘ilmu lebih sempurna ,....................
Semua bekerja
            Semua berusaha
                        Semua gembira !
Di dalam segala kulihat tanda
Ya.................Manusia Baru pasti menjelma
Bangsa Baru tengah ditempa !
Mari saudara senusa sebangsa
            Kita berjalan di jalan Tuhan
                        Mari berjuang runtuhkan lawan
                                    Terus ke arah kemenangan kita !
                                                                                    (oleh: Rosihan Anwar)
                                                                                   

KAPAL UDARA

Gegar gentar suara mesin
Raja udara menguasai angkasa
Menderu gemuruh berpusing miring
Bagai burung mengintai mangsa
Raksasa udara melaju jauh
Berbalik pula puluh menyerbu
Terdahulu satu,
Puluhan menderu.
Mata bersinar
Semangat berkobar
Kapan zamanku menghadapi pula
Raksasa dunia kepunyaan kita?
                                                                                    (oleh: Maria Amin)

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
(oleh : Khairil Anwar)


DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(oleh : Khairil Anwar)

DOA
            Kepada Pemeluk Teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Cayamu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
(oleh : Khairil Anwar)


DO’A DI MEDAN LAGA

Berilah kekuatan sekeras baja
Untuk menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini
Berilah kesadaran seluas angkasa
Untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini
Berilah kemauan sekuat garuda
Untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini
Berilah perasaan selembut sutera
Untuk menjaga peradaban ini, untuk mempertahankan kemanusiaan ini.
                                                                        (oleh: Subagyo Sastrowardoyo)

PAHLAWAN TAK DIKENAL

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur sayang,
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang,
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 1o Nopember, hujanpun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda
(oleh: Toto Sudarto Bakhtiar)

DENGAN KASIH SAYANG

Dengan kasih sayang
Kita simpan bedil dan kelewang
Punahlah gairah pada darah
Jangan!
Jangan dibunuh para lintah darat
Ciumlah mesra anak jadah tak berayah
Dan sumbatlah jarimu pada mulut peletupan
Karna darah para bajak dan perompak
Akan mudah mendidih oleh pelor.
Mereka bukan tapir atau badak
Hatinyapun berurusan cinta kasih
Seperti jendela terbuka bagi angin sejuk!
Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka
Cuma membenci yang nampak rompak
Hati tak bisa berpelukan dengan hati mereka
Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak
Lahiriah yang terlalu banyak meminta !
Terhadap sajak yang paling utopis
Bacalah dengan senyuman yang sabar
Jangan dibenci para pembunuh
Jangan dibiarkan anak bayi mati sendiri
Kere-kere jangan mengemis lagi
Dan terhadap penjahat yang paling laknat
Pandanglah dari jendela hati yang bersih
(oleh: W.S Rendra)

DENDANG SAYANG

Di Cikajang ada gunung
Lembah lengang nyobek hati
Bintang pahlawan di dada
Sepi di atas belati
Kembang rampe di kuburan
Selalu jauh kekasih
Di Cikajang hanya burung
Menahan selangkah kaki
Bebas unggas di udara
Pelita di kampung mati
Fajar pijar bulan perak
Takut mengungkung di hati
Di Cikajang hanya burung
Bebas lepas terbang lari
Di bumi bayi turunnya
Besar dibawa mengungsi
Sepi di bumi priangan
Sepi menghadapi mati
(oleh: Ramadhan K.H)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar